Welcome to Nanda's Blogspot!

Jumat, 21 Desember 2012

Lama tak jumpaa

Hai... saya tau kalian kangen sama saya, karena saya ngangenin. Saya mau membicarakan tentang ITB
Saya habis melihat website ITB. Apa? Iya itu teknik? Hah? Dokter? Hm..
saya merubah arah deh kayaknya, soalnya kalo kedokteran itu.. yagitu deh. Tiba-tiba teknik berhasil membuat saya tersepona hihi. Teknik apa ya? Mungkin teknik perminyakan dan pertambangan (FTTM). Awalnya itu dari ocehan Mae, teman saya. Nama aslinya Rakhma Oetari, tapi saya lebih nyaman memanggilnya, "Ma" atau "Mae". Mae punya cita-cita kalau dia ingin bekerja di pertamina. Saya agak heran, emang lo mau jadi begituan? Ngukur kemungkinan minyak abis, lo keluar kota terus, lo kan cewek?. Tapi seru juga sih ya. Apalagi cewek, uhh.
Nah kemarin, saya melihat perdebatan di salah satu stasiun televisi, mereka membicarakan tentang cadangan minyak di Indonesia. Seru banget tuh, jadi, ceritanya, waktu dulu itu Indonesia kaya akan minyak. Sampai-sampai indonesia pernah menjadi ketua OPEC di asia, sanking kaya nya minyak di indonesia udah terkenal tuh ekspor minyak ke sana sini. Nah mungkin Indonesianya yg terlalu lugu atau tidak punya malu, atau tidak tahu diri. Kenapa? Minyak dan gas di Blok Cepu dan Natuna disedot perusahaan-perusahaan asing, sementara negara nyaris tak memperoleh apa pun. Dalam hal ini, Pertamina bukan satu-satunya.
Hingga kini Indonesia secara resmi disebut masih mempunyai cadangan minyak sebesar 9 miliar barrel. Bener sih, jika dibandingkan dengan cadangan minyak negara-negara Timur Tengah, 9 miliar barrel itu tidak ada artinya. Namun, jelas-jelas Indonesia masih punya minyak. Selain cadangan lama, cadangan blok Cepu belum juga dapat dimanfaatkan. Belum lagi cadangan minyak yang luar biasa besar di lepas pantai barat Aceh. Ketidakmampuan Pertamina mengembangkan teknologi perminyakan merupakan salah satu contoh yang sangat baik tentang bagaimana salah urus suatu industri!

Ada satu hal yang sangat menarik. Menteri perminyakan Norwegia pernah mengatakan bahwa Norwegia dengan menerapkan teknologi enhanced recovery dari Amerika berhasil memperbesar cadangan minyak Norwegia dengan tiga kali lipat tanpa menyentuh kawasan-kawasan baru. Waw banget! Norwegia pernah menawarkan teknologi tersebut kepada Indonesia, tetapi mereka minta konsesi minyak tersendiri dengan persyaratan umum yang sama dengan perusahaan lain. Ini terjadi pada akhir tahun 1980-an. Namun, kita masih terlalu terlena dengan ”kemudahan-kemudahan” yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan Amerika. Mangkanya pejabat pertamina ga mau mendengarkannya
Contoh lain, lihat Petronas. Lomba Formula 1 di Sirkuit Sepang disponsori oleh Petronas. Petronas itu belajar perminyakan dari Pertamina, tetapi kini jauh lebih kaya dibanding Pertamina. Gedung kembarnya menjulang di Kuala Lumpur. Ironisnya, banyak sekali pemuda/insinyur Indonesia yang bekerja di Petronas. Kenapa banyak sekali warga Indonesia dapat bekerja dengan baik dan berprestasi di luar negeri, tetapi begitu masuk kembali ke sistem Indonesia tidak dapat berbuat banyak? Negeri orang dibuat jaya, negeri sendiri dibiarkan.

Mangkanya, saya pengen membuat energi alternatif lain pengganti minyak. Nah sasaran saya sih ya, Listrik. Kenapa? Listrik di indonesia itu melimpah bro. setelah sekian lama indonesia hidup dengan listrik, ternyata baru 2000 megawatt yg sudah terpakai dari berapa gitu, nah masih ada sisa 70.000 megawatt yang belum digunakan. Segitu besarnya sayang kalo ga ada yg kreatif kan? Saya membayangkan kalo ada mesin pengubah asap menjadi minyak kembali apakah mungkin? Heheh kan gini loh, minyak-kendaraan-jadi asap yg merugikan nah saya pengen asap dikumpulkan, diubah menjadi minyak lagi hehehehehe imposibru ya -___-

Jadi, disetiap kendaraan di knalpotnya, dipasang alat/pengumpul asap, yg nantinya kalau udah penuh tinggal ditekan tombol power, dengan waktu yg sesingkat mungkin bisa berubah jadi minyak lagi!!! andaikan..... Yaudah lah ya menghayalnya cukup sampai disini, doakan saya bisa masuk FTTM ITB!!! Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar